Ratusan Warga Tiga Cluster Perumahan Bukit Baruga Antang Tuntut Pertanggungjawaban Akibat Banjir

Makassar (BeritaReportase) :

Ratusan warga dari tiga cluster di Perumahan Bukit Baruga Antang, yakni Java 3, Bali Regency, dan Bali Thai, mendatangi kantor pengelola Baruga Asri Development (BAD) pada Selasa (17/02). Mereka menuntut pertanggungjawaban akibat banjir yang melanda kawasan perumahan pada Rabu dinihari (12/02).

Warga menilai bahwa pengelola perumahan lalai dalam melakukan persiapan menghadapi musim hujan. Tidak adanya langkah teknis yang signifikan setelah banjir tahun 2022 memperlihatkan bahwa pihak developer lebih fokus pada pembangunan dan penjualan cluster baru tanpa memperhatikan sistem drainase dan mitigasi bencana.

Korlap Aliansi Warga Bukit Baruga, Ahmad R, menegaskan bahwa kebijakan developer justru memperparah genangan air dengan mengubah daerah tangkapan air menjadi kawasan hunian.

“Pengelola seharusnya memaparkan analisis dampak lingkungan (Amdal) dan perencanaan jangka panjang agar dapat ditinjau oleh warga yang memiliki latar belakang lingkungan, teknik sipil, hukum, dan hidrologi,” ujar Ahmad R dalam rapat warga pada Sabtu (15/02) di Jalan Kaliurang 1.

Selain itu, Ahmad juga menyoroti kelalaian pengelola dalam memastikan kesiapan pompa air. Ketika hujan deras mengguyur, pompa air tidak berfungsi dengan baik akibat sistem penyaluran debit air yang buruk serta peralatan yang tidak memenuhi standar teknis.

Warga menuntut ganti rugi atas kerusakan rumah dan barang akibat banjir, baik yang dijanjikan secara lisan dalam pameran properti maupun melalui promosi tertulis di media sosial dan brosur. Mereka juga menyoroti tidak adanya sistem peringatan dini, baik dari pengelola maupun petugas keamanan, sehingga banyak warga tidak sempat menyelamatkan barang berharga mereka.

“Tidak ada sistem kontrol dan peringatan dini dari pengelola. Keamanan pun tidak berinisiatif memberi tahu warga meski mengetahui kenaikan air,” tambah Ahmad.

M Nuh, juru bicara warga Bali Regency, menyoroti beberapa faktor yang memperparah banjir, seperti penyempitan jembatan Serenity yang menyebabkan penyumbatan aliran air, serta robohnya pagar Bali Thai akibat luapan air dari arah Bukit Nirwana.

Selain itu, jalur truk timbunan yang memblokade aliran Sungai Nipah-nipah juga memperburuk kondisi genangan.

“Seharusnya dibuatkan tanggul yang kokoh untuk menghalau limpahan air. Pengelola lalai dalam membaca tanda-tanda alam seperti curah hujan dan pasang surut muka air, yang seharusnya menjadi peringatan dini bagi mereka,” tegas M Nuh.

Banjir ini menyebabkan kerugian besar bagi warga, baik secara materiil maupun psikologis. Banyak kendaraan dan barang elektronik yang rusak serta dokumen penting yang terendam air.

Warga menilai bahwa promosi perumahan sebagai “bebas banjir” adalah bentuk misleading atau penyesatan informasi yang mempengaruhi keputusan mereka dalam membeli rumah.

Dalam aksi protes, warga menuntut pertanggung jawaban dari Baruga Asri Development dan Direksi Kalla Group. Jika tuntutan ini tidak ditindaklanjuti, warga tidak menutup kemungkinan untuk membawa kasus ini ke ranah hukum.

Dengan kondisi ini, penting bagi pihak pengelola untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem drainase dan mitigasi bencana di kawasan perumahan. Langkah konkret harus segera diambil agar kejadian serupa tidak terulang dan kepercayaan warga terhadap pengelola dapat dipulihkan.

)**Yuri

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours