Wayang Kulit Antasena Meriahkan HUT Sanggar Panginyongan

Beritareportase.com – Sanggar Seni Panginyongan kembali memanjakan para pecinta seni tradisional dengan menghadirkan pagelaran budaya yang hangat dan penuh makna. Dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun ke-2, sanggar ini menggelar pertunjukan Wayang Kulit bertajuk “Antasena: Satria Tanpa Mahkota” pada Jumat, 28 November 2025, di Hetero Space Purwokerto mulai pukul 19.00 WIB.

Perayaan dimulai dengan kirab budaya oleh anggota dan talent Sanggar Seni Panginyongan, dilanjutkan penampilan tari sebagai pembuka suasana. Acara resmi dibuka lewat sambutan Ketua Panitia R. Satria Satya Nugraha, pemotongan tumpeng, serta penyerahan Wayang Pandan Antasena oleh Bambang Haryanto Bachrudin, Ketua Komisi C DPRD Provinsi Jawa Tengah. Sejumlah tokoh turut hadir, termasuk Kepala Dinporabudpar BAP Fendi Rudianto, S.E., perwakilan Dindik, dan Kabid Kebudayaan Cilacap.

Pagelaran ini menampilkan Ki Tuwuh Permana Jati sebagai dalang utama, menghadirkan lakon dengan gaya khas Panginyongan yang memadukan keluwesan tradisi dan sentuhan kreatif kekinian. Sanggar Seni Panginyongan dikenal sebagai komunitas yang konsisten merawat budaya lokal sekaligus membuka ruang eksplorasi artistik bagi generasi muda.

Wayang Kulit Antasena Meriahkan HUT Sanggar Panginyongan

Panggung HUT juga semakin meriah dengan tampilnya bintang tamu seperti Handoko, Nuri, dan Riri Ritem, menghadirkan warna musik dan pertunjukan khas Panginyongan yang memberi nuansa baru bagi penonton.

Lakon tahun ini mengangkat sosok Antasena, putra Bima, ksatria berhati jernih yang dikenal blaka suta, jujur, dan apa adanya. Meski memiliki kesaktian yang disegani para dewa, Antasena justru memilih jalan pengabdian. Dalam kisah pewayangan, ia tidak turun ke Perang Baratayuda karena kekuatannya dapat mengubah jalannya perang. Dengan rendah hati, ia menyerahkan tanggung jawab kepada Gatotkaca tanpa rasa iri.

Antasena adalah simbol penjaga tanpa mahkota, pelindung tanpa pamrih. Dalam kesenyapan perannya, nilai kesatrianya justru memancar: mendahulukan bangsa di atas kepentingan pribadi, menomorsatukan darma di atas ambisi.

Kisah Antasena kembali dihadirkan bukan sekadar sebagai hiburan budaya, tetapi sebagai ruang refleksi moral. Nilai-nilai kejujuran, integritas, dan pengabdian yang ditunjukkan sang ksatria tetap relevan di tengah realitas sosial saat ini, ketika ambisi dan persaingan sering kali menggeser kepentingan bersama.

Wayang Kulit Antasena Meriahkan HUT Sanggar Panginyongan

Pagelaran Wayang Kulit ini diharapkan mampu menjadi pengingat bahwa kekuatan sejati tidak selalu tampak dari gelar dan sorak kemenangan, melainkan dari ketulusan untuk mengutamakan kepentingan banyak orang. Budayantara sebagai etalase seni budaya nusantara turut mendukung penuh penyelenggaraan acara ini sebagai upaya memperkuat identitas budaya bangsa.

Ketua Sanggar Seni Panginyongan, Randhi Haryaningtyastomo, menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi sehingga perayaan HUT ke-2 ini dapat berjalan lancar dan penuh kesan. Pagelaran “Antasena: Satria Tanpa Mahkota” pun menjadi momentum penting untuk terus menjaga, merawat, dan menghidupkan seni budaya Nusantara di ruang-ruang kreatif masa kini.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours