Beritareportase.com – Di tengah hiruk-pikuk Plaza Indonesia Fashion Week (PIFW) 2025, satu pertunjukan menonjol dengan keanggunan yang sarat makna. Burgo Indonesia, sekolah mode berakar Italia, menghadirkan koleksi bertajuk “Ti Voglio Bene” ungkapan kasih dalam bahasa Italia yang berarti “Aku mencintaimu.” Tema ini tidak berhenti di tataran romantis, melainkan menelusuri cinta dalam segala bentuknya: kepada keluarga, sahabat, alam, hingga diri sendiri.
Sejak lampu panggung menyala, penonton disambut oleh Raegita Zoro, alumni Burgo yang kini telah berkiprah di kancah internasional. Membawakan 12 tampilan eksklusif, Rae memadukan teknik dan sensibilitas yang menjadi ciri khas Burgo sebuah perpaduan antara ketelitian Italia dan energi kreatif Indonesia.
Bersama Rae, runway juga dipenuhi oleh nama-nama yang akrab di dunia mode dan hiburan: Rangga Moela, Wanda Haraa, Kesya Moedjenan, Lucky Oetama, Wisnu Genu, dan Arie Khayz. Mereka menjadi perwujudan semangat kontemporer Burgo: elegan, ekspresif, dan berani menafsirkan ulang makna cinta dalam konteks modern.
“Ti Voglio Bene” tidak sekadar peragaan busana, ia adalah show of sentiments, di mana setiap potongan kain dan siluet berbicara tentang kasih dalam bahasa yang universal. 12 desainer emerging tampil dengan interpretasi pribadi, menghasilkan 36 karya yang memadukan kepekaan artistik dan ketepatan teknis.
Di antara yang paling mencuri perhatian adalah PHOEBE VALENTINO dengan koleksi “Amour Lumière” puisi visual tentang harmoni antara musik dan emosi. Lalu ada ANGELA SISILIA yang menghadirkan “Deep Core: Treasure Beneath Gold”, sebuah eksplorasi tentang kemegahan tersembunyi di dalam diri manusia, diwujudkan lewat anyaman kulit berlapis emas dan kristal.
Sementara YÈSENCE membawa aroma Paris dalam “La Nuit Parisienne”, dan MELANIA (G by Gabrielle) menampilkan sensualitas lembut dalam “The Forbidden Allure”. Di sisi lain, LEONI lewat “ERODE” dan CINDY LESTARI lewat “Threads of Heritage” menunjukkan dua kutub kreativitas: eksplorasi material berkelanjutan dan penghormatan terhadap warisan budaya Indonesia.
Burgo Indonesia bukan hanya institusi pendidikan mode, ia adalah rumah bagi ide, kolaborasi, dan pertumbuhan personal. Melalui The Burgo Method, sistem mentoring personal satu-satu yang diwariskan dari Milan sejak 1961, setiap siswa diarahkan untuk mengembangkan gaya, teknik, dan identitas desainnya sendiri.
Tak hanya soal keterampilan, Burgo juga membangun ecosystem of connection menautkan siswa dengan dunia profesional melalui kolaborasi dengan label seperti Gianara dan Charles & Keith, yang turut memperindah penampilan runway dengan aksesori dan alas kaki elegan.
Dengan penguasaan teknologi seperti CLO3D dan AI, serta program lintas kota MEP (Jakarta–Milan–Roma), Burgo memperlihatkan bahwa pendidikan mode kini bukan hanya soal desain, tapi juga inovasi dan globalisasi.
Di balik setiap potongan kain, ada emosi yang dijahit dengan presisi. “Ti Voglio Bene” memperlihatkan bahwa mode dapat menjadi medium untuk memahami dan merayakan cinta dalam bentuk yang paling murni. Dari gaun yang mengalun lembut hingga struktur arsitektural yang tegas, setiap busana menuturkan kisah tentang keberanian, kerentanan, dan kemanusiaan.
Burgo Indonesia menutup peragaan dengan pesan sederhana namun kuat “Fashion bukan sekadar keindahan visual. Ia adalah cara kita mencintai dunia, sesama, dan diri sendiri.”
Didirikan di Milan pada tahun 1961, Istituto di Moda Burgo telah memiliki warisan lebih dari enam dekade dalam pendidikan mode internasional. Sebagai cabang pertama di Asia Tenggara, Burgo Indonesia menjadi jembatan antara keunggulan teknik Italia dan potensi kreatif Asia.
Dengan alumni seperti Julianto, Temma Prasetio, dan Raegita Zoro, Burgo terus menegaskan reputasinya sebagai inkubator talenta yang siap bersaing di panggung global.
+ There are no comments
Add yours