Beritareportase.com – Di tengah padatnya ritme ibu kota, Rockafella’s Music & Talk Show Vol.15 menghadirkan ruang istirahat yang tak biasa: terapi musik akustik bertema Intimate 90’s Unplugged Therapy. Digelar di 25th Avenue, RA Premiere Simatupang, Kamis (23/10/2025) malam, acara ini bukan sekadar konser, tapi perayaan nostalgia dan kebersamaan di antara para penikmat rock lintas generasi.
Berbeda dari edisi-edisi sebelumnya yang sarat dentuman elektrik, kali ini Rockafella’s tampil lebih hangat dan personal. Format unplugged yang sederhana justru membuka ruang baru, mendengar musik bukan hanya dengan telinga, tapi juga dengan hati. Dengan kapasitas terbatas hanya 75 penonton, suasana menjadi begitu dekat, nyanyian dan tawa berbaur tanpa jarak.
Malam dimulai pukul 20.30 WIB. Gideon Momongan dan Riffy membuka acara dengan sapaan ringan sebelum mengumumkan kabar baik: Rockafella’s akan digelar rutin tiap bulan. Tak lama kemudian, “Man In The Box” milik Alice in Chains mengalun, membuka malam dengan aura grunge yang pekat.

Formasi Rockafella’s kali ini diisi oleh Adhytia Perkasa (drum), Jo Iqbal (bass), Youslam (gitar), dan Riffy di vokal. Lalu, Prana seorang penggemar berat Pearl Jam naik ke panggung, menghadirkan “Betterman” dan “Yellow Ledbetter” dengan suara penuh rasa. Momen itu menjadi semacam surat cinta untuk era di mana musik rock menjadi ruang ekspresi paling jujur.
Amank Syamsu kemudian melanjutkan malam dengan deretan lagu dari Foo Fighters, Live, dan Alice In Chains, termasuk “Would” dan “Everlong.” Penampilannya kuat namun tetap lembut, menghadirkan atmosfer MTV Unplugged yang dulu pernah jadi ikon generasi 90-an.
Tak berhenti di situ, Njet bersama Ivanka selaku brand ambassador dari Se’Indonesia menghidupkan panggung dengan groove dari The Black Crowes dan Lenny Kravitz. Lagu-lagu seperti “Jealous Again” dan “Always On The Run” membuat suasana kembali bergairah sebelum ditutup dengan dua nomor lokal legendaris: “Gak Ada Matinya” dan “Bayangan” dari The Flowers.
Bagian paling ditunggu malam itu datang ketika Dul Jaelani naik ke panggung. Dengan ekspresi khasnya yang intens, ia membawakan set Nirvana lengkap: “All Apologies,” “The Man Who Sold The World,” “Lithium,” hingga “Smells Like Teen Spirit.” Seluruh penonton ikut bernyanyi, menciptakan momen katarsis seolah waktu berhenti di pertengahan dekade 90-an.

Selain musik, Rockafella’s Vol.15 juga menghadirkan sesi talk show ringan yang menggali kisah di balik lagu-lagu 90-an. “Musik adalah terapi, dan jembatan yang mempersatukan,” ujar Riffy Putri di atas panggung. Ia juga memberi penghormatan khusus untuk mendiang Raidy Noor, sosok penting dalam perjalanan Rockafella’s dan musik Indonesia.
Acara ini turut didukung oleh Se’Indonesia merek kuliner yang membawa cita rasa Nusa Tenggara Timur ke meja modern lewat olahan sei sapi dan ayam serta @velernyentrik, label fashion yang menghadirkan gaya kasual-edgy untuk para performer. Kolaborasi ini menghadirkan kesatuan antara musik, kuliner, dan gaya hidup dalam satu ruang budaya yang utuh.
Rockafella’s Music & Talk Show Vol.15 bukan sekadar konser, melainkan sebuah pengalaman. Di tengah riuhnya Jakarta, acara ini menjadi ruang pertemuan bagi generasi yang tumbuh bersama suara Nirvana dan Pearl Jam sekaligus bagi mereka yang baru belajar mengenal arti kejujuran dalam musik.

+ There are no comments
Add yours